25 June 2010

Review: Red CobeX (2010)

Walaupun memulai debut penyutradaraannya pada film 30 Hari Mencari Cinta (2004) yang sangat bertema girly, nama Upi Avianto sendiri mungkin lebih banyak dikenal melalui film-film bertema maskulin dan keras yang ia kerjakan selanjutnya, seperti Realita, Cinta dan Rock ‘n Roll (2006), Radit dan Jani (2008) serta Serigala Terakhir (2009). Lewat Red CobeX, sebuah film komedi yang ia rilis tahun ini, Upi sepertinya mencoba sebuah tema baru yang ingin ia tawarkan pada penikmat film Indonesia.

Red CobeX sendiri mengisahkan mengenai lima orang wanita, yaitu Mama Ana (Tika Panggabean), Tante Lisa (Indy Barends), Yu Halimah (Aida Nurmala), Mbok Bariah (Sarah Sechan) dan Cik Meymey (Cut Mini Theo), yang kelimanya berasal dari latar budaya yang berbeda dan membentuk kelompok Red CobeX untuk membela kaum lemah dan sangat anti kemaksiatan. Mereka tak segan-segan menyakiti orang-orang yang mengambil keuntungan dari hasil bisnis kotor. Bersama Yopie (Lukman Sardi), anak tunggal Mama Ana yang lugu, Red CobeX kerap beraksi preman dengan meringkus dan main hakim sendiri.

Suatu hari, Red CobeX ditangkap polisi dan dipenjara karena dianggap meresahkan masyarakat. Setahun setelah kejadian itu, Yopie dibebaskan dari penjara dan menumpang pada Ramli (Irfan Hakim), sahabatnya sejak kecil, yang kini telah menikah dengan Ipah (Shanty). Semenjak berpisah dengan ibunya sendiri, Yopie bingung dengan hidupnya. Sepanjang hidupnya, ia merasa bahwa mamanya melakukan kejahatan untuk kebenaran. Namun, di sisi lain, dia mulai menyadari bahwa ia harus bersikap sewajarnya orang lain.


Ditengah kebingungan tersebut, ia bertemu dengan Astuti (Revalina S Temat). Astuti yang sempat mengira Yopie adalah pencopet, akhirnya terkesan dengan kebaikan Yopie dan menawarkan pekerjaan sebagai pelayan di tempat ia bekerja. Keakraban Yopie dan Astuti mendapat berbagai pro dan kontra dari keluarga Astuti. Apalagi setelah mendengar latar belakang Yopie yang mempunyai ibu di penjara. Yopie harus membuktikan bahwa dirinya adalah orang yang berbeda dan tidak sama dengan pandangan orang terhadap dirinya selama ini.

Dengan membawa jajaran aktris yang memiliki potensi komedi seperti Tika Panggabean, Indy Barends, Sarah Sechan, Cut Mini Theo dan Aida Nurmala, sepertinya akan mudah untuk membayangkan betapa segarnya adegan-adegan komedi yang dihadirkan di Red CobeX. Sayangnya, hal tersebut sepertinya hanya berhenti pada sebatas bayangan belaka. Walaupun memiliki banyak aktris yang potensial, naskah cerita yang dangkal ternyata terbukti sangat menjadi penghalang untuk kisah ini dapat berkembang.

Berisi banyak karakterisasi berlebihan yang sangat berpotensi untuk menjemukan para penontonnya, naskah cerita Red CobeX sendiri sebenarnya tidak difokuskan pada kelompok Red CobeX itu sendiri. Sebagian besar durasi cerita film ini justru difokuskan pada kehidupan Yopie dan kisah cintanya dengan Astuti, yang membuat kisah kelompok Red CobeX justru hanya menjadi sempalan cerita belaka. Sialnya, kisah kehidupan Yopie justru juga tidak memberikan sesuatu yang menarik. Karakter Yopie yang (terlalu) lugu, seringkali terlihat bagaikan karakter bodoh yang sering melakukan berbagai tindakan-tindakan yang mulai menjurus pada mengesalkan untuk disaksikan.

Selain kisah Yopie, Red CobeX juga mengisahkan mengenai hubungan sahabat Yopie, Ramli dan istrinya Ipah. Dan lagi-lagi, tak ada yang sangat diunggulkan dari bagian kisah ini selain mencoba menggelitik penontonnya — namun gagal! — lewat berbagai adegan humor seks murahan yang terus diulang-ulang di sepanjang film. Karakter Ramli, yang diperankan oleh Irfan Hakim, juga digambarkan hampir sama bodoh dan lugunya dengan karakter Yopie, yang membuat karakter ini juga sama mengesalkannya dengan karakter Yopie. Nasib tak lebih baik juga dialami karakter Ipah, yang sepertinya selalu mendapatkan alasan untuk berbicara dengan nada yang berteriak. Mungkin lucu pada awalnya, namun tidak akan sama jika hal tersebut dilakukan di sepanjang film.

Departemen akting? Serius? Anda tidak akan mau membicarakan mengenai departemen akting pada film yang sepertinya dibuat demi alasan bersenang-senang belaka ini. Dari seluruh karakter yang ada, hanya karakter Yopie (Lukman Sardi) dan Astuti (Revalina S Temat) yang dituntut untuk melakukan akting, itu pun bukan berarti para penonton akan disajikan penampilan yang baik. Selain mereka, karakter-karakter lain yang ada di film ini tampil sesuai dengan sifat dan improvisasi para pemerannya. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, karakterisasi di film ini diciptakan sangat berlebihan, yang kemungkinan besar disebabkan karena sang penulis naskah tidak memiliki ide segar bagaimana menghadirkan sebuah adegan komedi tanpa melibatkan seorang karater melakukan sebuah tindakan bodoh (baca: mengesalkan). Dan inilah yang terjadi secara terus menerus di sepanjang film.

Sangat disesalkan sebenarnya melihat jajaran aktris dengan nama-nama besar dan sepertinya sangat menjanjikan tersebut hanya mampu membintangi film sekelas komedi murahan ini. Berisi banyak dialog-dialog yang sangat dangkal, karakterisasi yang sangat berlebihan dan cenderung mengesalkan serta jalan cerita yang sama sekali tidak lucu dan membosankan membuat Red CobeX terkesan hanyalah sebagai sebuah proyek film yang digarap hanya karena dasar pertemanan para jajaran pemerannya, dan tidak digarap dengan serius. Cukup dangkal dan mengesalkan untuk membuat Anda menyesal telah menyaksikan film ini.
http://amiratthemovies.wordpress.com/