SLEMAN - Novel terbaru Andrea Hirata, dwilogi Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas, merupakan hasil risetnya tentang masyarakat Melayu. Tapi, seperti Laskar Pelangi yang konon dibajak hampir 15 juta eksemplar, novelnya kali ini pun sukses dibajak. Baru diluncurkan tiga hari, Andrea sudah mendapat kabar bukunya dibajak. Padahal riset novelnya sendiri dilakukan lebih dari tiga tahun.
Tepatnya, riset novel Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas dibuat selama tiga setengah tahun. Tak heran, dalam buku kelima dan keenamnya, Andrea benar-benar mengupas luar dalam masyarakat Melayu Belitong.
Berita pembajakan jerih payahnya dalam tiga setengah tahun sempat membuat Andrea malas. Diakuinya, berita pembajakan selalu membuatnya kehilangan minat menulis. Untungnya, dia sering menghadiri acara meet and greet dengan para pembacanya. Bertemu dengan orang-orang yang membaca bukunya mengembalikan semangat menulisnya.
Dalam acara meet and greet with Andrea Hirata di Djendelo Café, Togamas Affandi, Sabtu malam (24/7), Andrea berdiskusi bersama para pembacanya selama satu jam. Sebagai bentuk penghargaannya kepada para pembaca bukunya, Andrea memberikan beberapa topi kesayangannya.
’’Topi-topi ini punya sejarah panjang buat saya. selalu menemani saya di hari-hari saya, di mana pun. Para pembaca buku saya selalu bisa mengembalikan semangat menulis saya, karena itu, beberapa topi ini saya bagikan kepada pembaca,’’ paparnya yang hadir dengan kaus abu-abu.
Acara meet and greet Andrea Hirata dihadiri puluhan pengunjung. Djendelo Café yang terletak di lantai dua dan tidak seberapa luas terlihat penuh dengan para pengunjung meet and greet yang berdiri. Awalnya, para pengunjung masih bisa duduk di kursi atau lesehan di tempat yang sudah disediakan.
Tapi, makin lama, pengunjung makin penuh sehingga banyak pula yang berdiri. Apalagi setelah acara dimulai. Andrea mengatakan, acara malam itu adalah informal sehingga tidak akan diisi pemaparan mendalam tentang isi novel barunya. Andrea juga membebaskan para pembacanya bertanya apa saja.
Ternyata, tidak semua yang datang malam itu memuji karya-karyanya. Beberapa pengunjung yang mendapat kesempatan bertanya menyatakan kekecewaannya. Baik pada novel terakhir tetralogi Laskar Pelangi, Maryamah Karpov maupun pada efek besar novel-novel Andrea dalam kehidupan sehari-hari.
’’Novel Maryamah Karpov ending-nya nanggung,’’ ujar salah seorang pembaca novel Andrea.
Andrea kemudian mengakui sering mendapat complain tentang isi novelnya itu. ’’Saya yakin memang banyak yang kecewa,’’ tuturnya.
Ada juga yang berkomentar soal novel-novelnya Andrea yang memberikan efek adiktif. ’’Ibu saya kalau tidur selalu membawa novel-novelnya Mas Andrea. Saya dan ayah saya malah tidak diperhatikan kalau mau tidur,’’ cetus salah seorang pengunjung.
Setelah sebelumnya tersenyum-senyum mendapati bukunya dibawa tidur oleh seorang pembacanya, Andrea mengaku dirinya sering kecewa pada maraknya pembajakan buku-buku. ’’Buku Laskar Pelangi cetakan resminya mungkin cuma sepertiga dari jumlah bajakannya. Kalau ada yang tanya pada saya, apakah saya pernah merasa tidak semangat menulis, ya itu saat-saat saya kehilangan semangat. Soal pembajakan,’’ kata pria berambut ikal ini.
Acara malam itu diakhiri dengan book signing buku-buku Andrea Hirata. Meski sedikit berdesakan, para pengunjung lumayan tertib dan sabar menunggu giliran bukunya ditandatangani Andrea. Mungkin juga karena tempatnya tidak terlalu besar sehingga para pengunjung harus antre satu per satu.[radar jogja]