Sebanyak 12 foto karya fotografer dari Asia Tenggara dipamerkan mulai 6 Agustus hingga 11 September 2010 mendatang di Sangkring Art Space, Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Yogyakarta.
Pameran bertajuk 'Cut2010: New Photography from Southeast Asia atau Parallel Universe' tersebut diikuti oleh Eiffel Chong dan Shooshie Sulaiman dari Malaysia, Mintio dan Zhao Renhui dari The Institute of Critical Zoologists dari Singapore, Michael Shaowanasai dan Tanapol Kaewpring dari Thailand, Frankie Callaghan dan Wawi Navarroza dari Philippines, Agan Harahap, Sara Nuytemans dan Arya Pandjalu dan Wimo Bayang dari Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, ke-12 fotografer menghadirkan 12 karya fotografi berserinya yang mengeksplorasi dunia-dunia parallel melalui fiksi dan sudut pandang miring dari balik lensa kamera.
Eva McGovern yang menjdi kurator dalam pameran ini menyatakan, para fotografer menciptakan pandangan alternative dan (sur)realis yang menghibur dan menantang persepsi audiens. Melalui 'CUT 2010', mereka mengekplorasi dunia-dunia parallel melalui fiksi dan sudut pandang miring dari balik lensa kamera.
Menurutnya, keotentikan seni photografi sebagai penyampai kebenaran telah didistorsikan dan dipergunakan sepanjang masa evolusinya dari daguerreotype ke film dan digital.
"Eksperimentasi dengan media berlanjut dan seniman berkesempatan untuk menciptakan teknik-teknik ilusi yang beragam, juga bisa menciptakan panggung dramanya sendiri serta menangkap momen-momen istimewa dari kehidupan sehari-hari," ujarnya di Sangkring Art Space, Selasa (11/8).
Pengolahan pada dikotomi seperti antara dongeng dan mimpi buruk, dystopia dan utopia, membawa pameran ini pada pengungkapan massif pada dunia khayal dan realitas yang terpilih yang mampu menghibur indera dengan apa yang nyata dan apa yang khayal.
Pameran ini beranjak dari pemikiran bahwa photografi adalah sebuah mekanisme pada imajinasi, petualangan dan pelarian melalui teknik dan subyeknya. Seperti teater dan film, ada peluang untuk memicu dan mengganggu animasi pada indera kita dan menimbulkan tanggapan yang kuat dan kompleks.
Dunia kemungkinan yang baru ini mengaduk harapan, mimpi, pandangan dan pengamatan dari penciptanya dan menjadikannya sebuah pertunjukan terpadu antara kejutan, hasrat, kesenangan, kesedihan, guyonan dan pencerahan.
"Dengan inspirasi visual yang tak berbatas dan didukung kemajuan teknologi pendukungnya, pOotografi sebagai sebuah wahana, terus mendorong batasan pemahaman dan sensasi visual," tambahnya.
Diharapkan, pameran ini mampu memberikan banyak titik masuk dan titik keluar pada ide yang disajikan oleh tiap seniman. Secara menyeluruh, dunia imaji dalam dunia ini, mempersembahkan pertimbangan personal dan publik akan pertanyaan berkesinambungan di sekitar evolusi gender dan cultural, sub kultur, agama, landscape dan lingkungan urban.
"Selain itu pameran ini agar dapat menggabungkan unsur yang anggun dan konyol, jagoan super yang perkasa menertawakan binaragawan, pecandu game online mengejek utopia agamis, perancangan bangunan menjadi sebuah episode siluman dan penjelajahan ilmiah misterius yang menghindari boneka-boneka erotis serta karakter kemanusiaan yang tak terlupakan," terangnya.
Yang paling mendasar adalah bagaimana pameran pada tahap ke tiga, CUT: New Photography from Southeast Asia ini mampu melanjutkan keberadaannya sebagai paparan yang dikhususkan untuk perkembangan potografi di Asia Tenggara. Tujuannya tentunya untuk memberikan pemikiran segar pada status media ini di wilayah ini, baik dari sisi estetika maupun akademis pada pengolah terhadap bidang beragam oleh pelaku seni fotografi.gudeg.net