07 October 2014

Keris Bantul Tembus Pasar Mancanegara

Keris sebagai produk budaya di Yogyakarta ternyata memiliki nilai ekspor cukup tinggi. Pemerintah DIY terus berusaha mendorong pelaku usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) di sektor ini untuk terus meningkatkan kualitas produknya. 

Kepala Bidang Industri Logam, Sandang dan Aneka, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM (Disperindagkop UMKM) DIY, Polin Napitupulu mengatakan, saat ini ada sekitar 150 pengrajin keris di DIy yang tercatat pihaknya. Beberapa di antara pelaku IKM itu juga sudah mampu menjangkau pasar ekspor ke mancanegara.


 "Semisal pengrajin keris dari wilayah Imogiri, Bantul. Mereka mampu mengirimkan produknya antara lain ke Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, Filipina, bahkan Belanda dan Perancis," kata Polin, Senin (6/10/2014). 

Produksi per bulan dari para pengrajin itu bisa mencapai sekitar 30-40 bilah keris. Jumlah tersebut mencakup keris pusaka maupun sekadar aksesori. Keris aksesori biasanya dijual mulai harga Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu. 

Sedangkan keris sebagai pusaka nilainya cukup fantastis, mencapai Rp 150 juta. Hal ini karena faktor pembuataannya tidak sembarangan. Pihaknya dalam hal ini terus berupaya mendorong perajin keris dan pelaku IKM umumnya di DIY untuk terus meningkatkan kualitas produknya. Berbagai pameran IKM juga terus digelarnya. Baru-baru ini, Disperindag menggelar pameran produk-produk IKM di DIY. 

Dengan begitu, diharapkan akan menarik permintaan dari pasar ekspor ke mancanegara yang berujung pada peningkatan kualitas hidup IKM. "Kami ingin produk budaya lokal ini memiliki nilai jual yang tinggi," beber Polin.