09 October 2016

Pelayan Berbahasa Jawa Jadi Daya Tarik Resto Indonesia di Melbourne

Tags


Mencari kedai atau restoran asal Indonesia tidak begitu sulit di Melbourne, Negara Bagian Victoria, Australia. Di kota multikultural ini, ada beberapa tempat makan yang bisa menjadi alternatif untuk warga Indonesia bahkan warga lokal Australia untuk mencari menu pengisi perut.

Bagi warga Indonesia, selain rasanya yang cocok di lidah, pada umumnya tempat makan ini sudah memiliki sertifikat halal dari lembaga otoritas halal setempat. Meski demikian, mereka bersaing untuk menciptakan nuansa Indonesia di dalam restoran mereka.

Salah satunya adalah Jokamz. Kedai yang berdiri di Cardigan Street, dekat Universitas Melbourne ini memilih untuk menempatkan pelayan dengan logat Jawa sebagai bagian penerima tamu. Pelayan itu sengaja ditempatkan untuk menciptkaan kentalnya nuansa Indonesia.

“Bule justru pada cari dia,” kata pemilik Jokamz, Wiraguna Soenan Haniman saat berbincang dengan Republika.co.id di kedainya, Rabu (14/9) lalu.

Jokamz memiliki tiga pelayan dengan logat jawa nan kental. Salah satunya adalah Darma Bellamy. Perempuan berhijab ini berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur. Meski sudah belasan tahun di Australia, Darma masih mempertahankan logat bahasa Jawa Timuran bahkan saat melayani pengunjung.

"Wis (sudah), Mas? Matur suwun (terima kasih)," kata Darma saat melayani pengunjung.



Darma mengaku tidak ada keluhan dari pengunjungnya meski dia berbahasa Jawa. Hanya, Darma memang menyelipkan penuturannya dengan bahasa Inggris agar pengunjung mudah mengerti.

Di rumah, Darma juga mengajarkan kepada anak-anak dan suaminya untuk berbahasa Jawa. "Saya ajarin juga suami supaya bahasa Jawa meski dia orang sini,"kata dia.

Selain menjadikan Darma sebagai magnet untuk menarik pelanggan, Jokamz membuat varian menu asal Indonesia agar bisa dinikmati warga asli Melbourne. Contohnya adalah burger tempe dan burger terung balado.

Kepala Chef Jokamz, Prisma menjelaskan, dua menu tersebut baru saja dirilis sejak awal Januari 2016. Menurut dia, alasan dipilihnya dua menu itu karena terung balado dan tempe sering dicari warga lokal.

Prisma mengungkapkan, dia menyesuaikan rasa terung balado dan tempe agar bisa diterima pasar. "Kayak terung pedasnya kita kurangi supaya bisa diterima lidah orang mereka," ujar dia.

Sumber