Menikmati pagi di Bromo menjadi impian bagi sebagian orang. Suasana yang
hening, dingin, pemandangan yang dashyat plus tradisi lokal yang
terpelihara menjadi daya tarik Bromo yang abadi. Jawa Timur memang
beruntung memilikinya. Bromo terletak sekitar 85 km dari Surabaya.
Daerah ini bisa dijangkau dari Probolinggo atau Malang. Jalur normal
biasanya dari Probolinggo. Adapun dari Malang, kita harus melewati
lautan pasir dengan pilihan dan jumlah kendaraan yang terbatas.
Di Bromo, orang biasa menyaksikan terbitnya matahari di sela Gunung Bromo jika dilihat dari lereng Gunung Pananjakan. Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif dan memiliki ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut.
Gunung Bromo merupakan salah satu destinasi terbaik di Indonesia karena alam yang sangat indah dan keunikan budayanya. Di Bromo sudah banyak tersedia akomodasi yang memadai. Jika berkunjung pada bulan Kesada (bulan dalam kepercayaan masyarakat Bromo), kita bisa menyaksikan ritual Kesada, berupa upacara melarung hasil bumi ke kawah Gunung Bromo yang bergolak. Bagi penduduk Bromo, yaitu suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan upacara dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari, setiap bulan purnama.
Menikmati Sunrise di Pananjakan.
Menyaksikan matahari terbit adalah momen terbaik menikmati alam Bromo. Agar bisa menikmatinya, kita harus berangkat naik Jeep dari penginapan pukul 03.00 menuju Penanjakan. Mobil bisa kita sewa di penginapan. Atau, jika ingin menikmati pemandangan secara alami dan menyehatkan, kita bisa berjalan melewati jalan setapak menuju Penanjakan. Namun, untuk perjalanan seperti ini, kita sebaiknya menyewa pemandu yang sudah terbiasa menghadapi jalan dan medan di Bromo.
Di bukit Pananjakan kita bisa melihat Gunung Bromo dari atas, juga gunung batok dan gunung Semeru. Saat matahari terbit, kabut masih menyelimuti bagian bawah Gunung Bromo sehingga panoramanya indah dan terasa penuh mistik.
Lautan Pasir.
Setelah menikmati sunrise, kita menuruni bukit menyaksikan lautan pasir yang sangat indah, seluas 15 km2 di kaki Gunung Bromo. Di lokasi ini ada tempat yang dinamai Pasir Berbisik karena di sanalah syuting film Pasir Berbisik diadakan. Di sini juga terdapat kuil Hindu yang konon tidak hancur saat Bromo meletus.
Kaldera Bromo.
Agar bisa menikmati kaldera atau kawah Gunung Bromo, kita harus berjalan dari pura sejauh dua hingga tiga kilometer. Namun, jangan takut. Di sini kita bisa menyewa kuda dari penduduk Tengger dengan biaya Rp50.000–Rp100.000. Namun, begitu tiba di tempat tujuan, kita masih harus menaiki sekitar 300 anak tangga untuk sampai di bibir kawah.
Untuk menaiki Bukit Pananjakan, kita sebaiknya menggunakan Jeep. Jika tidak menggunakan Jeep, mobil bisa-bisa amblas di medan pasir. Jeep memang bisa melewati medan berpasir dan tikungan selama perjalanan ke Bromo. Untuk itu mintalah tolong kepada pihak hotel atau tempat kita menginap untuk mencarikan Jeep karena mereka biasanya sudah bekerja sama dengan penyewaan Jeep. Satu hal yang perlu diingat, saat upacara Kasada (yang diselenggarakan setiap bulan Agustus atau September), kita harus memesan mobil jauh-jauh hari.
Bromo adalah tempat wisata yang sangat ideal bagi warga kota yang ingin melepas penat karena semua objek wisatanya bisa dikunjungin dalam waktu satu hingga dua hari saja.
Sumber