23 January 2017

Polemik Bandara dan Disney Land Kulonprogo

Tags


Di group whatsapp yang saya ikuti sedang terjadi obrolan yang sangat serius. Bukan, bukan obrolan tentang Zumi Zola yang sedang gugah-gugah itu. Bukan pula tentang film Wiji Thukul "Istirahatlah Kata-Kata" itu. Ini tentang hal yang remeh temeh. Sepele.

Pemicunya adalah tulisan saya yang berjudul "Panen Mobil di Glagah". Seorang kawan yang otot trisepnya methékol yang memulainya. Ia memberi masukan ke kawan saya lainnya yang sudah Go Internesyenel.

Kawan saya memang unik. Selain otot trisep dan bisepnya methékol, blio berambut gondrong sebahu, perut blio juga mempunyai enam kotak. Dari kejauhan ia mirip Agung Hercules, namun cengkok ndangdut blio masih payah. Tapi kalau dilihat dari dekat, ia justru lebih mirip seperti Cut Tari.

Kawan saya satunya, blio sudah Go Internesyenel. Konon, ia tetangganya Lee Min Hoo, hanya satu kecamatan. Pernah sungkem sama Kim Jong Un. Misinya ke luar negeri untuk menyamar, blio juga memanjangkan rambutnya sebahu. Namun orang-orang tetap saja mengenali blio. Penyamaran gagal.

Uniknya lagi, saat di negeri ginseng tersebut blio masih menyimpan uang eketan ewon dua lembar. Opo yo payu?

Kawan saya yang methékol menyarankan bisnis kepada kawan saya yang Go Internesyenel. Bahwa dengan adanya bandara baru di Kulonprogo, ia menyarankan bisnis armada transportasi umum semacam taxi.

Sang penyamar berkilah, alih-alih tak ingin menjalankan saran temannya, ia lebih memilih menjadi lurah saat ia pulang nanti.

Diskusi mengerucut pada satu hal. Saat bandara nanti sudah jadi, mereka berencana akan membangun tempat hiburan malam; karaoke. Sambil nyalo di bandara. Suog!

Sebenarnya apa yang membuat orang-orang tidak setuju dengan pembangunan Bandara dan Disney Land Kulonprogo itu?

Kalau saya kok setuju-setuju saja, sebab kalau saat saya sedang merantau di Klaten misalnya, dan orang menanyakan rumah saya, setidaknya saya bisa menjawab "omahku kulon bandara" atau "omahku kulon disney land". Tidak hanya "kulon Congot" melulu.