12 July 2010

Sudut Pandang : Masalah Setelah Piala Dunia


Hampir sebulan perhatian masyarakat global berpaling ke Afrika Selatan untuk menyaksikan pesona Piala Dunia Sepak Bola. Seakan menegaskan kodratnya sebagai makhluk yang suka bermain, homoludens, perbincangan orang dimana-mana di berbagai penjuru dunia dalam sebulan ini selalu diwarnai bola. Berbagai persoalan penting diseluruh dunia yang bersifat domestik, regional, ataupun global terdesak jauh kebelakang.

Pertandingan Piala Dunia 2010 yang dimulai 11 Juni lalu memang memancarkan energi kemana-mana. Energai yang memengaruhi umat manusia untuk menyaksikan, mengambil sikap, menggugah emosi, dan hanyut dalam kesenangan atau kesedihan. Dalam 61 laga yang dimainkan (termasuk pertarungan final dinihari tadi), yang melibatkan 736 pemain dari 32 negara, penghuni dunia pun selalu terbelah.

Sebab, masing-masing mendukung kesebelasan yang berbeda sekalipun dukungan itu kerap didasarkan pada alasan yang sulit dimengerti. Ada yang berdasarkan kebangsaan, hubungan darah, atau cuma lantaran senang melihat tampang pemain dan keahliannya mengolah bola.


Sepak bola juga telah melenyapkan batas antara petinggi dan rakyat. Mereka berbaur dan tenggelam dalam kebersamaan. Khalayak bisa melihat seterang-terangnya cara Kanselir Jerman Angela Merkel dan Ratu Spanyol Sophia Margarita Victoria Frederika meluapkan emosinya ditengah gemuruh terompet vuvuzela. Pertemuan ekonomi paling penting, G-20, di Kanada, juga terhenti beberapa kali, gara-gara beberapa pemimpin negara-negara paling kaya itu tidak rela melewatkan laga timnas mereka.

Hari ini semua kemegahan itu berakhir. Sang juara sudah membawa pulang piala yang diidam-idamkan. Sebagai negara penonton kita harus kembali ke kenyataan yang pasti tidak segemerlap dan penuh hiburan seperti Piala Dunia. Pemerintah harus kembali bekerja karena berbagai masalah harus dituntaskan. Tidak ada alasan lagi menunda-nunda penyelesaian Skandal Bank Century, maalah yang membelit pimpinan KPK, perekonomian yang masih tertawan modal asing, ledakan gas LPG yang terus terdengar dan memakan korban, sampai pada skandal video mesum yang diduga melibatkan beberapa artis.

Jangan sampai setelah Piala Dunia berakhir rakyat di buat terkaget-kaget saat menerima tagihan listrik yang naik mulai 1 Agustus nanti. Jeritan ibu-ibu rumah tanggaakibat lonjakan harga bumbu dan sayuryang dulu kalah oleh suara tidak berirama terompet vuvuzela juga harus dicegah agar tidak berbunyi nyaring.

Bersama pemerinyah, kita harus mencegah Piala Dunia  hanya menjadi momen palarian masalah seperti penyelenggaraan sirkus dan Gladiator pada zaman Kekaisaran Roma atau adu manusia melawan banteng yang di adakan pemerintah fasis Spanyol. Sirkus atau adu banteng di pertontonkan sebagai taktik mengalihkan perhatian agar rakyat melupakan kelaparan karena penguasa gagal mengatasi kelaparan.

Piala Dunia harus kita jadikan inspirasi pembentukan karakter bangsa. Sebab, dibalik panggung gemerlap Piala Dunia, sebenarnya terdapat pergulatan yang menekankan kerja keras, kedisiplinan diri, profesionalitas, dan rasa tanggung jawab.[editorial Radar Jogja].